Thursday, January 12, 2023

Penyebab Kehamilan Beresiko Stunting

KEHAMILAN BERESIKO STUNTING

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh dan berkembang yang ditandai dengan tinggi badan anak berada di bawah -2 standar deviasi. Kondisi anak stunting hanya bisa dipastikan oleh pakar, yang salah satunya adalah dokter spesialis anak. Sementara untuk kondisi anak yang baru diketahui dari tinggi badannya kurang dari -2 satandar deviasi dikategorikan stunted.

Stunting menjadi masalah yang cukup serius, angka prevalensi Stunted di Indonesia menurut SSGI tahun 2021 berada di 24,4% atau menurun 3,3% dari prevalensi stunted di tahun 2019 yaitu sebanyak 27,7%.

Pada dasarnya pencegahan stunting harus dilakukan jauh sebelum anak itu lahir. Jika merujuk kepada program 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) maka pencegahan stunting harus dilakukan ketika janin dalam kandungan, bahkan ada beberapa pernyataan yang mengatakan pencegahan stunting harus dimulai dari sebelum terjadi kehamilan.

Kondisi kesehatan ibu hamil sangat mempengaruhi terhadap kondisi janin dan bayi lahir. berikut merupakan kriteria Kehamilan yang dikategorikan kehamilan beresiko stunting.

1. Usia Ibu Terlalu Muda

Dalam berbagai jurnal telah disebutkan, bahwa usia ibu yang ideal dan siap untuk hamil adalah lebih dari 21 tahun. Perempuan yang terlalu muda di anggap belum siap untuk hamil dan menjalani proses melahirkan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa perempuan dibawah 21 tahun memiliki rahim dan panggul yang belum tumbuh mencapai ukuran dewasa selain itu pada umumnya pertumbuhan tulang pada perempuan akan berhenti pada usia 21 tahun.

Jika kehamilan terjadi pada usia ini, maka kebutuhan nutrisi akan terbagi menjadi dua terutama kebutuhan kalsium, untuk membantu janin berkembang dan untuk memenuhi perkembangan perempuan itu sendiri. sehingga kondisi ini akan beresiko melahirkan bayi dengan berat dan tinggi lahir rendah.

2. Usia Ibu Terlalu Tua

Kehamilan yang sehat adalah kehamilan yang berada diusia  perempuan 21-35 tahun. Kehamilan pada perempuan dengan usia diatas 35 tahun dikategorikan dengan kehamilan resti (resiko tinggi), ini disebabkan karena organ-organ reproduksi sudah mulai menua dan kebanyak dari perempuan sudah mulai dihinggapi penyakit-penyakit penyerta. pada kondisi ini banyak ditemukan kasus preeklamsia atau pecah ketuban dini.

kodisi preeklamsia akan menyebabkan bayi prematur, sedangkan kondisi bayi prematur merupakan salah satu indikator dari resiko stunting.

3. Anemia

Masalah anemia seringkali dianggap sepele, padahal anemia dapat memicu berbagai masalah penyakit, terutama pada ibu hamil. hemoglobin normal ditunjukan dengan nilai HB lebih dari 11 gr/dl, sementara anemia ringan 8-11gr/dl dan kategori anemia berat kurang dari 7 gr/dl.

Anemia pada ibu hamil dapat menimbulkan resiko stunting, ini dikarenakan anemia yang sering terjadi pada ibu hamil adalah anemia defisiensi zat besi dalam tubuh, yang mengakibatkan kekurangan sel darah merah sehat dalam tubuh. Padahal ibu hamil membutuhkan jumlah sel darah merah yang lebih banyak dibanding orang dewasa normal pada umumnya. Karena salah satu fungsi dari sel darah merah adalah medistribusikan nutrisi ke seluruh tubuh termasuj ke janin yang dikandungnya. Jika jumlah sel darah merahnya terlalu sedikit tentunya akan mempengaruhi kelancaran pasokan nutrsi kepada janin sehingga akan mempengaruhi tumbuh kembang janin itu sendiri.

4. Kekurangan Energi Kronik (KEK)

dalam beberapa jurnal disebutkan bahwa riwayat kehamilan dengan kondisi kekurangan energi kronik (KEK) dapat berpotensi menyebabkan anak stunting sebesar 4.85 kali dibanding ibu hamil yang normal. KEK pada ibu hamil dapat diidentifkasi dengan terjadi kelelahan yang luar biasa, selain itu ibu hamil yang mengalami KEK cenderung memiliki LILA (Lingkar Lengan Atas) dibawah 23,5 dan penambahan berat badan selama masa kehamilan kurang dari 9 kg.

Kekurangan energi kronis pada ibu hamil akan mempengaruhi terhadap tumbuh kembang janin yang dikandung, sehingga akan mengakbibatkan berat badan lahir rendah. Selain itu ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis beresiko terhadap preeklamsia atau pecah ketuban dini sehingga beresiko melahirkan secara premature.

5. IMT (Index Masa Tubuh)

Indeks masa tubuh sangat berpengaruh terhadap kesiapan seorang ibu dalam merencanakan kehamilan. ibu yang memiliki IMT  18,5 - 24,9 sebelum hamil sangat dianjurkan untuk meningkatkan berat badan sebanyak 11-16 Kg, sementara ibu yang memiliki IMT 25 - 29,9 (over weigth) sebelum hamil dianjurkan untuk menjaga kenaikan berat badan pada batasan 7-11Kg sementara pada ibu yang memiliki IMT kurang dari 18,5 (Kurus) ini sangat sulit untuk menaikan berat badan sesuai anjuran kenaikan berat badan selama kehamilan.

pada kondisi ibu hamil yang memiliki IMT rendah atau sangat kurus akan terjadi beberapa resiko diantaranya keguguran, premature, ukuran janin kecil dan berat badan lahir rendah. ini disebabkan karena janin yang ada didalam kandungan membutuhkan asupan nutrisi dari ibunya, sementara jika ibu nya terlalu kurus, nutrisi untuk ibu nya saja masih kurang, apalagi kalo dibagi untuk janin. jadi sebaiknya perbaiki nutrisi ibunya terlebih dahulu sebelum merencanakan kehamilan. 

demikian masalah kesehatan pada ibu hamil yang menyebabkan kehamilan beresiko stunting, semoga beramanfaat.

Baca juga

Peran suami saat istri hamil



No comments:

Post a Comment